Sabtu, 05 Maret 2011

Resensi Novel

Judul                : Sang Pemimpi
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : PT Bentang Pustaka
Jumlah Hlm.     : x + 292
Harga              : Rp. 49.000,-

Sang pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang mengisahkan masa-masa SMA Ikal bersama dua sahabatnya, Arai dan Jimbron. Persahabatan ketiga orang ini begitu unik. Arai digambarkan sebagai sosok yang tegar, penyayang, dan optimis. Sedangkan Jimbron, bertubuh besar, namun penakut, dan terobsesi akan kuda.

Ikal, Arai dan Jimbron memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi, mereka bahu membahu mewujudkan mimpi mereka . Karena bersekolah di SMA yang sama di Magai, sama-sama dari keluarga melarat, maka ketiganya menyewa sebuah tempat kos yang sama dan bekerja sebagai kuli ngambat yang sama. Meski begitu, ketiganya menggantungkan sebuah cita-cita, mimpi tepatnya, yang sangat tinggi.


Ketika belajar di lapangan sekolah Pak Balia berkata : “Jelajahi kemegahan Eropa hingga Afrika yang eksotik! Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban ...."

Mimpi itulah yang bagai hantu membayang terus dalam kehidupan mereka. Mendorong terus semangat mereka untuk terus berusaha tanpa lelah untuk suatu saat, entah kapan, meraih cita-cita itu. Maka begitu SMA usai, mereka sudah berencana merantau ke Jawa. Mau tidak mau, demi mimpi itu.

Hidup mereka berubah ketika membaca pengumuman pegawai pos. Ikal diterima sebagai tukang sortir surat. Sementara Arai gagal. Ia lalu merantau ke Kalimantan tanpa jejak. Bertahun kemudian nasib mempertemukan mereka kembali. Keduanya sedang mengajukan beasiswa S2 keluar negeri. Dan akhirnya mereka diterima di perguruan tinggi yang sama. Universite de Paris, Sorbonne, Prancis. Cita-cita mereka!
*****
Dalam buku Sang Pemimpi ini banyak pengalaman lucu yang bisa membuat pembaca tersenyum. Soal bersembunyi dari kejaran guru galak, masuk ke box pendingin ikan, sampai sembunyi-sembunyi melihat film orang dewasa di bioskop.


Beberapa bab juga menyuguhkan cerita-cerita yang bersahaja seperti pada bab Baju Safari Ayahku yang mengisahkan bagaimana ayah Ikal yang tak banyak bicara namun begitu mencintai dirinya, hal ini terbukti ketika ayahnya harus mengayuh sepeda sejauh 30 km untuk mengambil rapor Ikal dan Arai. Dan yang paling penting cerita tentang perjuangan keras mereka dalam meraih mimpi. Berlatar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar , sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi belaka. Namun tidak ada salahnya jika kita bermimpi tentang sesuatu yang tidak mungkin, karena jika kita berusaha dengan keras maka mimpi akan menjadi kenyataan. Jangan sampai kita berputus asa dalam mencapainya. Itulah yang ingin disampaikan oleh sang pengarang.


“Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati ….”


*****
Walau memiliki banyak hal yang menarik dalam buku ini, terdapat kejanggalan yang mungkin akan dirasakan pembaca. Pada cover depan buku ini tertulis bahwa Sang Pemimpi adalah “Buku Kedua dari Tetralogi Laskar Pelangi” bukan tak mungkin pembaca Laskar Pelangi akan menyangka bahwa buku kedua ini masih menceritakan kehidupan tokoh Ikal bersama anggota Laskar Pelangi, sayangnya para anggota Laskar Pelangi sudah tidak disinggung lagi dalam buku kedua ini. Tetapi penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur gabungan (maju-mundur), deskripsi latar, dan eksplorasi kekuatan karakter sehingga novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.  Sang pemimpi hadir dengan kisah sederhana yang sangat menginspirasi dan sangat bagus bagi semua orang dan para remaja tentunya yang dituntut untuk selalu tidak menyerah untuk menggapai cita-cita melalui sebuah mimpi.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.