Senin, 28 Oktober 2013

Mimpi

Pernah gak kamu sadar kalau kamu sedang bermimpi?
Agak aneh ya kedengarannya, tapi itu saya alami tadi pagi.

Detail mimpinya tak lagi bisa saya ingat sepenuhnya, namun intinya pada saat saya bermimpi saya sepenuhnya sadar. Sadar bahwa saya sedang bermimpi. Saya bukannya bisa langsung menyadari hal itu, tapi ada hal yang membuat saya yakin kalau saya memang sedang bermimpi. Jadi, di dalam mimpi itu saya bertemu dengan Om saya yang sudah meninggal.

Mungkin hal yang biasa bermimpi bertemu dengan anggota keluarga yang telah tiada, tapi saya justru jadi tidak fokus dengan mimpi yang sedang saya alami. Saya mengabaikan orang-orang yang ada di mimpi dan malah sibuk meyakinkan diri saya bahwa saya sedang bermimpi.

"Ini pasti gue lagi ngimpi deh. Pasti!"

Satu-satunya hal yang bisa membuktikan bahwa saya sedang bermimpi, tak lain tak bukan adalah bangun dari mimpi itu sendiri. Saat itu saya mencoba berbagai cara untuk bisa secepatnya sadar. Saya mencoba untuk menggerakan tangan dan kaki saya, tapi tak bisa. Sampai akhirnya saya pun terbangun dengan sendirinya.

Ternyata kondisi di mana pemimpi sadar bahwa ia sedang bermimpi sering disebut dengan Lucid Dream. Saya sih gak yakin mimpi saya itu bisa termasuk Lucid Dream atau bukan, soalnya kalau Lucid Dream itu pemimpi bisa mengontrol mimpinya. Jadi dia bisa menentukan mau mimpi apa.

Saya jadi ingin mencoba merasakan yang namanya Lucid Dream juga :D

Selasa, 22 Oktober 2013

Karangan Deduktif

MAAF


Maaf..” salah satu kata yang seringkali sulit diucapkan. Bila disuruh memilih, mungkin tak sedikit yang akan tetap cuek dibanding harus mengucapkan satu kata tersebut. Kalian mungkin sadar bahwa kalian memang salah, namun tingginya gengsi terkadang menjadi penghalang untuk sekedar meminta maaf.

Maaf..”, bukan sebuah kata itu yang akan menjadi masalah, tapi penyesalan yang akan datang nanti pada waktunya. Ketika tak ada lagi kesempatan untuk meminta maaf dan penyesalan tak lagi terelakkan, maka kalian akan merasa sangat kehilangan. Kehilangan orang-orang disekeliling yang telah kalian lukai hatinya. Sadar ataupun tidak.

Hal lain yang tak kalah sulitnya daripada mengucap kata maaf adalah memaafkan.  Memang bukan perkara mudah memaafkan orang lain yang telah menyakiti hatimu, melukai harga dirimu, atau bahkan melukaimu, namun semua tak akan sulit jika kamu ikhlas melakukannya. Ikhlas memaafkan juga bisa membuatmu terhindar dari salah satu penyakit hati yaitu dendam.

Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa (4:149)”.



p.s.
ini tulisan setengah curhat x)) 

Senin, 21 Oktober 2013

Paragraf Induktif dan Paragraf Deduktif


Paragraf adalah susunan dari beberapa kalimat yang terjalin utuh, mengandung sebuah makna, dan didalamnya terdapat gagasan utama. Paragaraf deduktif dan Induktif adalah salah satu contoh paragraph yang dilihat dari letak gagasan utamanya.

PARAGRAF INDUKTIF

Paragraf induktif adalah adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas. 

Istilah induktif berarti bersifat induksi. Kata induksi yang berasal dari bahasa Latin: ducere, duxi, ductum berarti ‘membawa ke; mengantarkan’; inducere, induxi, inductum berarti ‘membawa ke; memasukkan ke dalam’. Lebih lanjut istilah induksi dijelaskan sebagai metode pemikiran yang bertolak dari hal khusus untuk menentukan hukum atau simpulan. Karena pernyataan khusus dapat berupa contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau simpulan, maka dapat dikatakan bahwa paragraf induktif itu dikembangkan dari contoh ke hukum atau simpulan.

Ciri-ciri Paragraf Induktif antara lain :
  • Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kesimpulan terdapat di akhir paragraf

Jenis Paragraf Induktif :
  • Generalisasi
  • Analogi
  • Klasifikasi
  • Perbandingan
  • Sebab akibat

Contoh 1 :
Dengan akal budi, kemampuan berbahasa dan kemampuan belajar yang dianugrahkan Tuhan, manusia secara potensial memiliki kemampuan bernalar dan berkreatifitas. Namun kedua kemampuan itu tidak dengan sendirinya berkembang dengan baik. Lingkungan sosial termasuk sekolah yang tidak menunjang dapat menghambat atau mematikannya. Jika hal ini terjadi, tujuan pendidikan untuk membentuk peserta didik yang mandiri tidak akan tercapai.
Diberdayakan oleh Blogger.